“…dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”
Pesan seorang rasul kepada sebuah jemaat di Efesus kala itu, mengingatkan sebuah dimensi yang berpengaruh besar dalam kehidupan manusia. Percaya atau tidak, dimensi tersebut menjadi sebuah batasan terhadap eksistensi manusia tersebut. Dan dimensi itu adalah waktu.
Keberadaan manusia di muka bumi dibatasi dengan waktu yang secara sadar bahkan tak sadar seringkali diabaikan. Kebanyakan orang memiliki sebuah harapan akan waktu yang tak terbatas tanpa mau menjadikannya sebagai sebuah harta yang tak ternilai harganya. Ungkapan “waktu adalah uang” di lain sisi dapat dipandang sebagai sebuah penilaian rendah terhadap waktu. Uang bisa dicari dan dihasilkan, sementara waktu terbang terkadang begitu cepat maupun begitu lambat. Sangat relatif.
Sebegitu berharganya waktu sehingga seorang Salomo yang paling kaya yang pernah ada di muka bumi mengingatkan kita untuk menjadi seorang sahabat yang baik, ya, orang yang menaruh kasih setiap waktu. Setiap waktu adalah sebuah batasan yang tidak terbatas, yang berarti selama kita masih menikmati dimensi waktu tersebut,di situ kita harus senantiasa berbuat kasih. Luar biasa.
Allah, yang tak terbatas dimensi waktu itupun memiliki sebuah standar ketika harus berhubungan dengan manusia. Ya, Allah melakukan pendekatan waktu agar manusia dapat setidaknya memahami jalan-jalanNya. Disebutkan bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari. Jelaslah bahwa Allah selalu punya cara untuk membuka diriNya dipahami oleh anak-anakNya.
Lalu, apa yang harus kita lakukan? Kita kembali kepada ungkapan dari Paulus di atas,”..dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.”
Bandung, 13 September 2013, 12:45 WIB
Niko Saripson P Simamora