Archive for July, 2014

Waktu memang selalu memberi jawaban

Ujiannya selalu memberikan kesabaran

Hati nurani pun ditundukkan

Solusinya selalu memberi kedamaian

 

Pertarungan sengit telah usai

Momen bermaaf-maafan turut menghiasi

Kemenangan utama adalah melawan diri

Sekeliling turut menghapus ambisi

 

Semua orang telah menjadi juara

Pemenang sejati menjadi sahabat raja

Pilihan rakyat harus bisa diterima

Rasa jiwa harus tetap bertahta

 

Keluh kesah timbul sesaat saja

Hanya ungkapan emosi sementara

Silakan sampaikan secara santun karsa

Curiga namun jangan membabi buta

 

Pasca semua laga terlewatkan

Hidup harus terus berjalan

Nama baik perlu dipertahankan

Biarlah kepemimpinan dijalankan

 

Salam perubahan sedang bergema

Rasa kekeluargaan digugah kembali

Persatuan dan kesatuan dijunjung bersama

Biarkan tawa menyelimuti negeri

 

Jakarta, 30 Juli 2014, 15.08

Niko Saripson P Simamora

 

Ke-aku-an

Posted: July 1, 2014 in Uncategorized
Tags: , , ,

“….dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri…”

-sebuah pesan dari Paulus dan Timotius-

Pesan di atas sangat mudah untuk dikatakan, tetapi sangat sulit untuk dilakukan. Kecenderungan manusia saat ini adalah aku, aku dan aku. Ke-aku-an tentu mengutamakan kepentingan sendiri di atas orang lain. Ke-aku-an menimbulkan sebuah bahaya yang luar biasa, yaitu menganggap orang lain sebagai pelengkap untuk menyempurnakan hal-hal yang berkaitan dengan aku. Pesan Paulus dan Timotius di atas menjadi sebuah pesan yang ingin mendobrak ke-aku-an. Tanpa menjelaskan banyak hal tentang ke-aku-an, Paulus dan Timotius secara langsung menyerang ke-aku-an dengan sebuah syarat yang lagi-lagi sulit untuk dilakukan yaitu, rendah hati.

Untuk melakukan hal itu, tentu si aku tidak bisa mengandalkan kekuatan diri sendiri. Namun, jangan kuatir, ada kekuatan di luar diri si aku yang memungkinkan hal itu bisa dilakukan. Kekuatan dari Allah melalui Roh-Nya itu yang akan memampukan aku. Kekuatan itu tentunya tidak akan ada ketika aku tidak memanfaatkannya. Jadi, aku harus memiliki kemauan untuk memanfaatkannya dengan mengambil sebuah keputusan. Keputusan itu diambil dengan kesadaran penuh dan nantinya memampukan si aku, bahkan terkadang di saat aku merasa tidak mampu pun aku akan dimampukan.

Mengutamakan ke-aku-an terkadang terjadi tanpa kesadaran, sementara mengikisnya perlu kesadaran penuh. Oleh karena itu, sadarkanlah diri saat ini untuk terus-menerus mengambil keputusan ketika posisi si aku sudah mulai muncul. Dengan mengurangi ke-aku-an, muncullah kebersamaan yang menimbulkan kebahagiaan bagi orang lain.