Keilmuan hidrografi adalah salah satu cabang dari ilmu terpakai yang berkaitan dengan pengukuran dan penjelasan fitur-fitur laut dan wilayah pesisir untuk keperluan pelayaran (utama) dan semua keperluan dan aktivitas kelautan lainnya, termasuk di antaranya aktivitas lepas pantai, penelitian, perlindungan lingkungan, dan pelayanan prediksi. Secara tradisional, hidrografi terbatas pada survey dan pemetaan batimetri (kedalaman) saja. Namun seiring berkembangnya teknologi masa kini, tuntutan terhadap keilmuan hidrografi pun semakin berkembang. Kelompok keilmuan hidrografi pun membangun diri untuk dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang timbul di era ini khususnya dalam masalah perairan (danau, sungai, laut dan daerah sekitarnya). Secara khusus, ruang lingkup keilmuan hidrografi menurut standar IHO (International Hydrographic Organization) adalah :
1. Pemetaan Laut
2. Pengelolaan Kawasan Pesisir
3. Survei Seismik Lepas Pantai
4. Survei Konstruksi Lepas Pantai
5. Penginderaan Jauh Kelautan
6. Perairan Pedalaman
7. Militer
Melihat cukup luasnya ruang lingkup dari keilmuan ini, maka tenaga yang dibutuhkan sebagai pemuka-pemuka di bidang tersebut juga tentu tidak sedikit. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang berguru di Teknik Geodesi dan Geomatika, sudah sepantasnya kita memiliki kesadaran diri sebagai suksesor para senior kita untuk mengelola bidang tersebut apalagi bila dikaitkan dengan luas perairan Indonesia yang sangat besar ini. Kalau bukan kita, siapa lagi? Inilah yang menjadi tantangan akan keilmuan Hidrografi. Untuk menjawab tantangan tersebut, ada banyak hal yang harus dilakukan. Dalam keilmuan ini, dirumuskan dalam tiga pola pengembangan yang diharapkan mampu menjawab tantangan masa kini. Ketiga hal tersebut antara lain :
1. Pengembangan Keprofesian
Pengembangan Keprofesian ini memang menjadi domain utama keilmuan ini, secara khusus dalam menerapkan aplikasi hidrografi di dalam enam ruang lingkup keilmuan ini (Pemetaan Laut, Pengelolaan Kawasan Pesisir, Survei Seismik Lepas Pantai, Survei Konstruksi Lepas Pantai, Penginderaan Jauh Kelautan, Perairan Pedalaman).
2. Pengembangan Komunitas
Pengembangan Komunitas dapat dilakukan sesama keilmuan Hidrografi, dalam hal ini Masyarakat Hidrografi Indonesia (MHI) untuk level nasional dan International Hydrographic Organization (IHO) untuk level internasional. Pengembangan komunitas juga dilakukan dengan rumpun keilmuan Teknik Geodesi dan Geomatika, dalam hal ini Kelompok Keilmuan Geodesi, Kelompok Keilmuan Survei dan Kadaster, dan Kelompok Keahlian Penginderaan Jauh dan Sains Informasi Geografis. Dan juga pengembangan komunitas dengan lintas keilmuan atau disiplin ilmu lain yang saling mendukung.
3. Pengembangan Inovasi, Sains, Teknologi, dan Seni
– Pengembangan inovasi yang dilakukan dalam menemukan ide-ide baru yang dapat menunjang aplikasi keilmuan ini.
– Pengembangan sains dilakukan berdasarkan teori-teori yang diterapkan khususnya untuk penelitian, misalnya dalam riset-riset yang dilakukan oleh dosen dan dibantu oleh mahasiswa.
– Pengembangan teknologi dilakukan dalam menunjang pekerjaan-pekerjaan yang menuntut efisiensi waktu, biaya, dan tenaga. Misalnya, pengembangan perangkat lunak untuk mempermudah pengolahan data, analisis, dan lain-lain.
– Pengembangan seni berkaitan dengan penyajian produk hidrografi yang bernilai estetis berkaitan dengan kartografi kelautan, seperti peta laut, ENC (Electronic Navigational Chart), ECDIS (Electronic Chart Display & Information System), dan lain-lain. Dari gambaran umum di atas, sudah sepantasnyalah mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika turut berperan dalam menjawab tantangan masa kini secara khusus bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengembangkan diri di keilmuan Hidrografi ini.
Jayalah Hidrografer Indonesia!!!