Archive for September, 2010

Keilmuan hidrografi adalah salah satu cabang dari ilmu terpakai yang berkaitan dengan pengukuran dan penjelasan fitur-fitur laut dan wilayah pesisir untuk keperluan pelayaran (utama) dan semua keperluan dan aktivitas kelautan lainnya, termasuk di antaranya aktivitas lepas pantai, penelitian, perlindungan lingkungan, dan pelayanan prediksi. Secara tradisional, hidrografi terbatas pada survey dan pemetaan batimetri (kedalaman) saja. Namun seiring berkembangnya teknologi masa kini, tuntutan terhadap keilmuan hidrografi pun semakin berkembang. Kelompok keilmuan hidrografi pun membangun diri untuk dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang timbul di era ini khususnya dalam masalah perairan (danau, sungai, laut dan daerah sekitarnya). Secara khusus, ruang lingkup keilmuan hidrografi menurut standar IHO (International Hydrographic Organization) adalah :

1. Pemetaan Laut

2. Pengelolaan Kawasan Pesisir

3. Survei Seismik Lepas Pantai

4. Survei Konstruksi Lepas Pantai

5. Penginderaan Jauh Kelautan

6. Perairan Pedalaman

7. Militer

Melihat cukup luasnya ruang lingkup dari keilmuan ini, maka tenaga yang dibutuhkan sebagai pemuka-pemuka di bidang tersebut juga tentu tidak sedikit. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa yang berguru di Teknik Geodesi dan Geomatika, sudah sepantasnya kita memiliki kesadaran diri sebagai suksesor para senior kita untuk mengelola bidang tersebut apalagi bila dikaitkan dengan luas perairan Indonesia yang sangat besar ini. Kalau bukan kita, siapa lagi? Inilah yang menjadi tantangan akan keilmuan Hidrografi. Untuk menjawab tantangan tersebut, ada banyak hal yang harus dilakukan. Dalam keilmuan ini, dirumuskan dalam tiga pola pengembangan yang diharapkan mampu menjawab tantangan masa kini. Ketiga hal tersebut antara lain :

1. Pengembangan Keprofesian

Pengembangan Keprofesian ini memang menjadi domain utama keilmuan ini, secara khusus dalam menerapkan aplikasi hidrografi di dalam enam ruang lingkup keilmuan ini (Pemetaan Laut, Pengelolaan Kawasan Pesisir, Survei Seismik Lepas Pantai, Survei Konstruksi Lepas Pantai, Penginderaan Jauh Kelautan, Perairan Pedalaman).

2. Pengembangan Komunitas

Pengembangan Komunitas dapat dilakukan sesama keilmuan Hidrografi, dalam hal ini Masyarakat Hidrografi Indonesia (MHI) untuk level nasional dan International Hydrographic Organization (IHO) untuk level internasional. Pengembangan komunitas juga dilakukan dengan rumpun keilmuan Teknik Geodesi dan Geomatika, dalam hal ini Kelompok Keilmuan Geodesi, Kelompok Keilmuan Survei dan Kadaster, dan Kelompok Keahlian Penginderaan Jauh dan Sains Informasi Geografis. Dan juga pengembangan komunitas dengan lintas keilmuan atau disiplin ilmu lain yang saling mendukung.

3. Pengembangan Inovasi, Sains, Teknologi, dan Seni

– Pengembangan inovasi yang dilakukan dalam menemukan ide-ide baru yang dapat menunjang aplikasi keilmuan ini.

– Pengembangan sains dilakukan berdasarkan teori-teori yang diterapkan khususnya untuk penelitian, misalnya dalam riset-riset yang dilakukan oleh dosen dan dibantu oleh mahasiswa.

– Pengembangan teknologi dilakukan dalam menunjang pekerjaan-pekerjaan yang menuntut efisiensi waktu, biaya, dan tenaga. Misalnya, pengembangan perangkat lunak untuk mempermudah pengolahan data, analisis, dan lain-lain.

– Pengembangan seni berkaitan dengan penyajian produk hidrografi yang bernilai estetis berkaitan dengan kartografi kelautan, seperti peta laut, ENC (Electronic Navigational Chart), ECDIS (Electronic Chart Display & Information System), dan lain-lain. Dari gambaran umum di atas, sudah sepantasnyalah mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika turut berperan dalam menjawab tantangan masa kini secara khusus bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengembangkan diri di keilmuan Hidrografi ini.

Jayalah Hidrografer Indonesia!!!

Mendengar kata “terorisme” belakangan ini memang sangat menyeramkan. Mengapa tidak? Akhir-akhir ini telah terjadi serangkaian aksi-aksi yang mengganggu ketentraman orang banyak. Saya lihat di kamus, kata ”teror” berarti usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau kelompok. Ditambah imbuhan –isme, “terorisme” berarti penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik). Menurut saya, kata kuncinya adalah kekerasan untuk menciptakan ketakutan. Menyeramkan bukan?

Terorisme bukanlah hal baru di muka bumi ini, hanya belakangan ini digalakkan lagi untuk mencapai tujuan sperti yang dijelaskan di atas. Kemungkinan bukan hanya tujuan politik, tapi ada tujuan-tujuan lainnya. Saya tidak tahu pasti karena saya bukan merupakan pengamat teroris, saya hanya ingin menguraikan pandangan yang menggeliat di otak saya. Mengapa hal ini bisa muncul kembali? Dalam menjawab ini, saya hanya berspekulasi bahwa cara ini dipakai karena cara-cara lain yang dianggap lebih normatif tidak lagi dapat mengakomodasi pencapaian tujuan orang-orang/kelompok yang berada di balik terorisme tersebut. Penyampaian aspirasi melalui anggota parlemen, penyampaian pendapat melalui media,  penyampaian pesan singkat ataupun surat secara langsung ke presiden, dan masih banyak cara lain yang dianggap normatif tidak lagi menjadi alat yang ampuh secara khusus dalam mencapai tujuan politik. Kok, tidak ampuh lagi? Ya iya, di era reformasi yang aneh ini, masing-masing orang lebih mementingkan diri sendiri. Sangat jarang orang-orang yang benar-benar mau berbuat untuk kepentingan orang lain. Adapun, cuma segelintir dan pasti akan terbawa arus dengan derasnya orang-orang yang egois itu. Menurut saya, itu kenyataan yang ada saat ini. Okelah kalau mereka menolak disebut mementingkan diri sendiri, tapi mereka pasti lebih mementingkan kepentingan kelompok, kaum, golongan, dan masih banyak kotak-kotak lain yang tetap saja hanya merupakan sebagian dari semua kepentingan.

Dari sisi pelaku teror, sebegitu tidak percayanya lagi mereka terhadap orang-orang yang menjadi perwakilan mereka di legislatif, ataupun pemimpin yang menjadi pemangku kebijakan di negeri ini, mereka pun ambil tindakan sendiri. Terorisme menurut mereka adalah cara yang terbaik. Kalau dilihat-lihat dan didengar-dengar, tujuan dari para teroris pun bukan merupakan tujuan atau kepentingan banyak orang, tetap saja merupakan kepentingan segelintir yang mungkin memang adalah mayoritas. Saya baca di media, kegiatan terorisme ini terkait dengan usaha untuk mendirikan negara Islam di Indonesia. Begitupun tujuannya, saya menganggap bahwa ini hanya tujuan segelintir orang yang tidak bertanggung jawab dengan membawa agama sebagai tameng untuk mencapai tujuannya. Saya pun percaya bahwa tidak ada agama di dunia ini yang mengajarkan kekerasan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, teroris memanfaatkan kesempatan ini sebagai alat untuk menciptakan ketakutan di masyarakat dan menghilangkan kepercayaan terhadap penyelanggara negara, sehingga teroris nantinya menawarkan sesuatu yang mereka anggap paling tepat sehingga mereka memperoleh kesempatan untuk mencapai tujuannya tersebut.

Nah, menurut pemahaman saya, hal yang terjadi adalah benturan kepentingan atau istilahnya dikenal dengan konflik kepentingan (conflict of interest). Bagaimana memecahkan masalah ini? Ini  hanya ide seorang mahasiswa yang berpikir sederhana. Saya beranggapan bahwa masalah ini dapat diselesaikan dengan dialog terbuka. Dialog yang dilakukan dengan pikiran jernih, kejujuran, rendah hati, dan kemauan yang kuat untuk mencapai suatu tujuan yang mengakomodasi kepentingan semua orang. Solusi ini memang terkesan normatif dan merupakan solusi yang biasa-biasa saja, tapi kalau memang dapat terlaksana dengan baik, masalah pun terpecahkan.

Beginilah kira-kira saya menggambarkan pemahaman saya tentang terorisme yang sedang marak di negara ini. Akan ada banyak hal yang dapat diperdebatkan dari pendapat saya ini. Apapun itu, saya terbuka untuk kritik, saran, dan apapun terhadap apa yang menjadi buah pikiran saya ini, kiranya dapat menambah khasanah berpikir saya. Semoga terorisme tidak semakin marak, dan di lain pihak , kepercayaan terhadap penyelenggara negara ini dapat dipulihkan. Jayalah Indonesia!

Niko Simamora,

Bandung, 27 September 2010



Life must go on”, istilah ini pasti sudah sangat familiar di telinga masyarakat umum. Secara sederhana, saya mengartikan ini sebagai proses  dalam kehidupan kehidupan yang senantiasa berjalan dari waktu ke waktu tanpa bisa kita kontrol untuk berhenti atau istirahat sejenak walau cuma sedetik saja. Wow! Semoga pendefenisian di atas masih dalam taraf sederhana.

Ya, memang kehidupan yang kita hadapi saat ini-menurut anggapan banyak orang-merupakan sebuah misteri. Mengapa tidak? Coba kita pikirkan dengan pikiran yang sejernih-jernihnya bahwa sesungguhnya setiap detik dalam hidup kita tidak bisa kita kontrol. Dengan kata lain, waktu akan terus berjalan tanpa kita tahu pasti apa yang akan terjadi ke depan bahkan untuk satu detik berikutnya.

Saat aku punya sedikit rejeki untuk pertama kalinya membeli sepatu baru untuk dipakai kuliah, eh cuma beberapa bulan, aku harus kehilangannya. Begitu juga dengan ayahku yang untuk pertama kalinya dibelikan ibuku sepatu yang harganya cukup merogoh kocek dan dipakai baru pertama kali dalam pernikahan putri sulungnya juga harus merasakan nasib yang sama dengan aku. Memang tidak sedap alias tidak enak merasa kehilangan.

Saat aku punya banyak waktu liburan, banyak rencana namun sedikit bahkan tidak jarang rencana tersebut batal terjadi. Berbeda ketika tidak punya banyak waktu bersantai, dengan spontan banyak hal yang bisa dilakukan.

Itulah kenyataan hidup. Aku tidak tahu pasti apa yang akan terjadi di dalam hari-hariku ke depan. Hal yang paling bisa kita lakukan adalah menghadapi kenyataan hidup itu. Dalam pemikiranku, waktu akan terus berjalan yang bisa aku lakukan adalah mengontrol diriku untuk berjalan bersama waktu. Perjalanan bersama waktu ini akan sangat indah bila kita punya kawan. Kawan yang Sejati yang pasti akan setia menemani kita berjalan bersama dengan waktu.

Lakukan bagianmu, Man!

Posted: September 15, 2010 in otak atik otak

Judul di atas pasti sudah sangat sering kita dengarkan, tapi masih cukup sulit untuk dilakukan. Penulis dalam kesadaran yang penuh juga harus mengakui bahwa berkaitan dengan hal tersebut, belum sepenuhnya dapat dikerjakan dengan baik. Oleh karena itu, sebagai bentuk motivasi diri, penulis membuat tulisan ini untuk membuat penulis bertanggung jawab akan bagian penulis dan penulis berharap bahwa tulisan ini juga membangkitkan motivasi bagi pembaca.

Mari kita mulai! Sebagai sebuah ciptaan yang diciptakan untuk pekerjaan baik (Efesus 2 : 18), kita tentunya mempunyai bagian khusus yang harus kita kerjakan dalam mewujudkan pekerjaan baik tersebut. Untuk mengetahui bagian yang tidak kita ketahui itu, kita harus bertanya kepada Pencipta kita tentunya (Yeremia 33 : 3). Dalam bertanya ini, kita harus penuh kerendahan hati agar kita tidak memiliki kecenderungan untuk menolak bagian yang akan ditunjukkan kepada kita.

Dalam kehidupan nyata, kita melihat ada banyak profesi, ada banyak pekerjaan, ada banyak-banyak lainnya. Coba kita bayangkan seandainya hanya ada satu profesi  di dunia ini. Misalnya, hanya ada pekerjaan sebagai surveyor. Efek positif yang mungkin terjadi adalah pekerjaan dalam pengukuran di bumi ini dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan terselesaikan dengan baik. Tapi bagaimana bila surveyor tersebut sakit? Siapa yang akan merawatnya? Bingung kan! Contoh kecil dan sederhana tersebut menunjukkan bahwa setiap hal yang ada di dunia ini memiliki nilai guna tersendiri. Sekalipun hal tersebut sangat kecil dan diremehkan, itu tetap menjadi bagiannya. Masih ingat Perumpamaan tentang Talenta (Matius 25 : 14-30; Lukas 19 : 12-27). Penulis belajar bahwa kalaupun hanya satu bagian yang diberikan kepada kita, harus kita kerjakan dengan baik. Ingat, kepada mereka yang diberi banyak akan dituntut banyak. Oleh karena itu, dituntut kesadaran masing-masing untuk mengetahui seberapa banyak yang diberikan kepada kita sehingga kita dapat memanfaatkannya sebaik-baiknya untuk tujuan baik yang ditetapkan oleh Pencipta kita.

-Ketika seorang mahasiswa berbicara dengan satu orang tentang kebenaran atau keselamatan, akan sama kadarnya ketika seorang pembicara berkhotbah dan banyak orang yang bertobat mendengarnya. Dalam hal ini, Allah berkenan akan kedua  oknum ini-

So, melakukan bagian masing-masing adalah pertama-tama mengerti seberapa porsi kita, melakukannya dengan rendah hati, dan yang terutama adalah meminta pertolongan dari Sang Pencipta kita agar Ia memampukan kita melakukan yang terbaik untuk kemuliaan namaNya. Mari berbuat dari hal-hal sederhana!!!

Selintas judul di atas sama persis dengan judul buku yang ditulis oleh R.Z Leirissa, buku yang mengulas tentang buah-buah pemikiran seorang Johannes Leimena, seorang negarawan sejati sekaligus politisi yang berhati nurani. Hal ini saya munculkan kembali untuk mengingatkan kembali akan semangat seorang negarawan dalam mewujudkan Indonesia yang seutuhnya tanpa memandang sentimen agama, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam agama. Tanpa memandang sentimen agama di sini berarti bahwa adanya persamaan hak terhadap semua warga negara yang dalam kenyataannya menganut agama yang berbeda-beda.

Berbicara tentang agama merupakan salah satu hal yang sensitif bila sudah menyentuh hal-hal yang dogmatis atau doktrinal. Namun, dalam kenyataannya ada hal-hal yang diyakini bersama yang dapat dianggap sebagai irisan persamaan yang bila dijunjung tinggi dapat dijadikan pijakan bersama untuk bekerja sama dalam membangun suatu bangsa, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Namun, hanya segelintir orang yang bisa berpikir seperti itu. Mengapa? Ini hendaknya dijawab oleh siapapun anak bangsa yang menyadari dan memiliki hati untuk mewujudkan hal ini.

Dunia kemahasiswaan saat ini dianggap sebagai “kawah candradimuka”, tempat pembentukan orang-orang yang akan menjadi penerima tongkat estafet penyelenggaraan negara ini. Jargon yang sering didengungkan untuk menggambarkan hal ini adalah “Mahasiswa hari ini, pemimpin esok”, membuat mahasiswa harus mempersiapkan dirinya sebagai seorang pemimpin di masa yang akan datang. Apa yang dipersiapkan? Menurut saya, mahasiswa harus mempersiapkan diri membawa segala idealisme dan semangat yang menggebu-gebu pada saat mahasiswa untuk tetap dipertahankan, bahkan harus ditingkatkan pada saat esok dia menjadi seorang pemimpin.

Di tengah hiruk pikuk adanya gangguan akan kebebasan umat beragama di Indonesia belakangan ini, hendaknya mahasiswa sebagai bagian dari warga negara dan juga dicap sebagai agen perubahan harus berperan aktif dalam mewujudkan kebebasan umat beragama. Mahasiswa dalam keberadaannya sebagai mahasiswa hendaknya menjadi sumber inspirasi kebebasan umat beragama. Lingkungan mahasiswa yang heterogen hendaknya menjadi prototype kebebasan umat beragama di Indonesia. Hal ini dapat dijadikan benih untuk di kemudian hari bertumbuh menjadi gaya hidup di tengah-tengah pemimpin. Anda rindu melihat Indonesia  yang damai??? Mari rekan-rekan mahasiswa, kita mulai dari diri kita.

Proposal kepada Tuhan

Posted: September 12, 2010 in otak atik otak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “proposal” berarti rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja. Inilah arti yang sebenarnya menurut para ahli bahasa. Memang sudah mengalami penyempitan makna(menurutku) karena belakangan ini proposal bukan mengutamakan rancangan kerja, tetapi lebih mengutamakan rancangan anggaran biaya.CMIIW,hehehe

Nah, bagaimana dengan kata “Tuhan”? Kata “Tuhan” berarti sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb(=masih banyak maha lagi, kecuali mahasiswa). Cukup mengerti bukan?? Sedikit saya tambahkan, menurut pengertian saya sendiri bahwa Tuhan adalah kekuatan di luar diri kita yang bersifat supranatural, mutlak dan merupakan pencipta manusia. Pengertian, konsep atau apapun tentang Tuhan sangat banyak dikaji oleh para ahli.

Merujuk ke judul di atas, tidak sulit untuk mengartikannya, karena sudah dijelaskan pengertiannya secara leksikal. Pemahaman saya dalam keberadaan saya sebagai manusia yang merupakan ciptaan Tuhan dan menurut orang-orang saya sudah memasuki tingkat akhir di masa perkuliahan, sangat perlu rasanya untuk mengajukan sebuah proposal kepada Tuhan.

Memang harus kita akui, sebagai pencipta otoritas tertinggi dalam hidup kita adalah Tuhan sendiri dan kita bisa saja berpikir bahwa segala rencana hidup kita sudah diatur olehNya dan kita tinggal tenang-tenang saja. Benarkah begitu?? Sepertinya tidak. Ada bagian yang harus kita kerjakan. Salah satunya adalah proposal ini. Apa kira-kira isi dari proposal ini? Proposal ini seharusnya berisi apa rencana kita di masa depan(pekerjaan, karier, studi, teman hidup, atau apapun) yang kita yakini bahwa itu dapat terjadi di dalam Tuhan, dengan rancangan kerja yang jelas dan kita konsisten dengan itu. Kitapun harus berpikir bahwa proposal ini dibuat bukan untuk membesarkan nama kita, melainkan nama Tuhan saja yang senantiasa diagungkan. Hal ini memang sangat idealis sekali, tapi itulah tuntutan bagi anak-anak Tuhan. Sehingga saya berimajinasi ketika Tuhan membaca proposal yang saya atapun teman-teman saya ajukan, Ia kemudian tersenyum dan berkata, “AnakKu tercinta, Aku senang membaca proposalmu ini. Aku memandang engkau semakin dewasa dan mengerti akan kehendakKu. Oleh karena itu, lakukanlah itu! Aku kirim Roh-Ku yang akan menemani engkau dalam mewujudkan rencanamu ini. Dan Aku mau, engkau memberitahukan kepada teman-temanmu yang belum mengajukan proposalnya supaya dengan segera memberikanNya kepadaKu”. Menakjubkan bukan!!! Mari teman-teman kita buat proposal kita.

Tuhan  Memberkati….