Di rumah kos kami, sering dikenal dengan tiranda ada sebuah bola yang digunakan untuk olahraga basket, sering dikenal dengan bola basket. Pada awal kedatangannya untuk tinggal bersama kami, ia adalah bola yang lenting, artinya bila dipantulkan ia sangat elastis, mudah mantul dan masih nyaman bila dipakai untuk berolahraga. Itulah keadaan saat-saat anginnya masih cukup penuh.
Namun belakangan ini, aku memperhatikan bola tersebut sudah tidak seperti keadaan yang kusebut di atas. Ia sudah menjadi memble ketika dipantulkan dan kurang nyaman bila dipakai untuk berolahraga. Itulah keadaan di saat kurang angin. Aku tidak tahu pasti mengapa bisa seperti itu. Yang aku tahu, bola itu tidak pernah dipakai lagi, sehingga keadaannya seperti itu. Aku bandingkan dengan keadaan bola-bola yang lain yang lebih sering digunakan, dan jarang kutemukan bola yang sering digunakan mudah untuk kekurangan angin. Hal ini tidak selalu seperti ini, tapi kebanyakan seperti ini dari yang pernah kuamati.
Ibarat bola, semangat juga seperti itu. Rasa bersemangat yang penuh pada awalnya akan mungkin “kurang angin” bila tidak sering dimanfaatkan. Dengan kata lain, semangat juga perlu dirawat, dipelihara, dibangkitkan, dan banyak lagi. Bagaimana menjaga semangat ini? Bisa dengan saling mengingatkan, saling mendoakan, atau dengan saling menghina pun bisa menjaga rasa bersemangat tidak “kurang angin”. Masing-masing manusia pasti punya cara tersendiri untuk memelihara semangatnya, namun pasti akan butuh bantuan di luar dirinya sendiri. Bisa dari orangtua, saudara, kekasih, dan masih banyak orang lain. Bahkan ada sumber semangat sejati yang tidak pernah lelah membantu kita agar tidak “kurang angin”. Allah kita Penyemangat Sejati.
Semangat menghadapi UTS!
Semangat mengerjakan tugas!
Semangat melayaniNya!
Semangat!!!Semangat!!!Semangat!!!
Salam,
Niko Saripson P Simamora
6 Oktober 2010